air jernih

Bagaimana Membuat Air Jernih Untuk konsumsi? Simak Penjelasannya !

Kebutuhan terhadap air bersih menjadi hal penting dan paling utama. Terlebih bila pada satu tempat yang tidak ada sumber air jernih. Air yang bersih bisa diolah dari air yang kotor. Namun, harus melalui serangkaian proses, agar menjadi air yang terlihat jernih. Yuk simak informasi lengkapnya berikut ini.

air jernih
air jernih

Air Jernih yang Dihasilkan dari Water Treatment Plant 

Ada salah satu cara yang bisa mengubah air yang kotor menjadi sumber air bersih dan air jernih yaitu Water Treatment Plant (WTP).

Sistem WTP ini merupakan bagian dari sistem instalasi pengolahan air.

Di mana WTP adalah sistem yang berfungsi untuk mengolah air dari kualitas baku yang biasanya masih terkontaminasi,

Untuk diolah kembali menjadi air yang bersih.

Proses perubahan air baku yang masih terkontaminasi menjadi air jernih ini, dilakukan sesuai dengan standar mutu.

Apabila air baku tersebut sudah menjadi air yang jernih dan bersih, air tersebut  bisa langsung dikonsumsi, sesuai dengan kebutuhan, dan terhindar dari kontaminan.

Kontaminan Air yang Jernih

Kontaminan sendiri adalah substansi yang menjadikan sesuatu tidak murni atau bersih.

Terutama  kontaminan yang menyebabkan pencemaran dalam air.

Sehingga kualitas air menurun atau bahkan bisa menjadi membahayakan. Adapun jenis kontaminan yang ada di dalam air adalah sebagai berikut.

1.         Kontaminan Fisik

Air yang memiliki kualitas baik biasanya dapat terlihat secara fisik.

Diantaranya air jernih, tidak berwarna serta tidak tercium bau. Apabila air yang terkontaminasi dengan kontaminan, tentunya secara fisik bisa terlihat.

Adapun kontaminan yang dapat merusak kualitas air adalah suspensi bahan organik ataupun sedimen, yang membuat air menjadi keruh.

Ada juga kontaminan lainnya yaitu bahan organik terlarut. Sehingga air berubah warna dan menimbulkan bau.

2.         Kontaminan Kimia

Selain harus menjaga kualitas air dari kontaminan fisik, kualitas air yang bagus juga harus dijaga dari kontaminan kimia.

Pasalnya, kadar kimia juga bisa menjadi pemicu air jernih menjadi berkualitas atau tidak.

Kontaminan kimia yang terjadi dalam air ini, juga bisa disebabkan secara alami atau buatan manusia.

Misalnya saja air yang mengandung garam, pestisida, logam, organik sintesis, racun yang diproduksi oleh bakteri dan obat-obatan manusia atau hewan.

3.         Kontaminan Biologi

Hal berikutnya yang harus diperhatikan untuk menjaga kualitas air jernih adalah mencegahnya dari kontaminan biologi.

Adapun yang dimaksud dengan kontaminan biologi adalah suatu organisme biologi yang biasanya hidup dalam air.

Organisme ini juga biasanya disebut sebagai mikroba atau kontaminan biologis.

Misalnya bakteri, protozoa, parasit maupun virus.

4.         Kontaminan Radiologis

Selanjutnya adalah menjaga kualitas air dari kontaminan radiologis.

Kontaminan ini merupakan unsur kimia yang jumlah proton dan neutronnya tidak seimbang. Akibatnya yaitu dapat menghasilkan atom yang tidak stabil.

Sehingga dapat memancarkan radiasi pengion dalam air jernih. Misalnya adalah sesium, plutonium, dan uranium.

Tahap Water Treatment Plant Air Jernih

Proses untuk mendapatkan air jernih menggunakan sistem WTP ini memerlukan beberapa tahapan. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut.

1.         Penyaringan dan Pengendapan

Pada saat air baku telah diperoleh, hal pertama yang harus dilakukan adalah menyaring air dari berbagai macam kontaminan.

Setelah itu, air tersebut dilakukan pengendapan, agar air benar-benar bersih dan terlihat layaknya air jernih.

Adapun tujuan dilakukan tahapan pertama ini adalah untuk memisahkan air baku dari kontaminan atau zat-zat tidak berguna.

Seperti sampah, daun, rumput, pasir dan lainnya, berdasarkan berat dan jenis zat.

2.         Koagulasi

Tahapan kedua adalah koagulasi untuk air jernih. Koagulasi merupakan proses pemadatan suatu bahan cair.

Baik yang dilakukan secara menyeluruh maupun sebagian. Akibat adanya perubahan kimiawi.

Adapun tahapan ini adalah dengan mencampurkan bahan kimia ke air, agar kotoran dalam air bisa berubah menjadi padatan resuspensi.

Misalnya zat warna organik, lumpur halus, bakteri dan lainnya yang  dapat menggumpal, cepat mengendap dan terpisah dari air baku.

Selain menggunakan bahan kimiawi, tahapan ini juga bisa dilakukan secara fisik dengan rapid missing (pengadukan cepat), hidrolis (terjunan atau hydrolic jump), maupun secara mekanis menggunakan batang pengaduk.

Pasalnya, prinsip dasar proses koagulasi ini adalah destabilisasi partikel koloid yang ada pada air baku.

Dengan begitu, kandungan zat-zat kotor dalam air dapat terlarut, yang nantinya menjadi air jernih.

3.         Flokulasi

Berikutnya, ada tahap flokulasi yaitu tahapan dimana terjadinya pembentukan flok akibat gabungan dari koloid-koloid dalam air baku dengan koagulan.

Zat koagulan sendiri adalah zat yang mempermudah dan mempercepat pembekuan.

Dengan begitu, proses ini dapat membentuk dan memperbesar flok (pengotor yang terendapkan) dalam air jernih, dengan pengadukan yang lambat dan aliran air yang harus tenang.

4.         Sedimentasi

Selanjutnya adalah tahapan sedimentasi yang berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel koloid dari proses sebelumnya.

Jadi,  air baku tersebut akan didiamkan sampai gumpalan kotoran yang terjadi mengendap semua.

Dengan demikian, air baku perlahan-lahan akan berubah tampilannya menjadi air jernih.

Ketiga proses baik dari koagulasi, flokulasi dan sedimentasi, biasanya dibuat bergabung secara bersamaan. Sehingga dinamakan sebagai aselator.

5.         Filtrasi Air Hingga Menjadi jernih

Tahapan yang tidak boleh dilewati adalah tahapan filtrasi. Tahapan ini bertujuan untuk menyaring kotoran yang tidak bisa diendapkan yang ada di dalam air jernih.

Pasalnya, ada sisa kotoran seperti butiran gumpalan dengan ukuran besar dan berat yang bisa mengendap. Oleh karena itu, kotoran seperti ini harus dilakukan proses filtrasi.

Biasanya proses ini menggunakan pasir dengan cara mengalirkan air yang telah diendapkan kotorannya ke bak penyaring yang terdiri dari saringan pasir silika.

Selain menggunakan pasir, bisa juga menggunakan teknologi berupa membran seperti Multi Media Filter, Ultrafiltration System (UF), Nanofiltration System (NF), Microfiltration System (MF), dan Reverse Osmosis System (RO).

Dengan demikian, proses untuk mendapatkan air jernih bisa terbebas dari gumpalan kotoran yang memiliki ukuran besar dan berat, serta tidak bisa diendapkan. Sedangkan untuk kotoran yang berukuran kecil dan ringan bisa langsung melewati proses ini.

6.         Desinfeksi

Setelah melewati proses filtrasi, air baku tersebut kemungkinan masih terdapat kontaminan di dalamnya sehingga belum sepenuhnya menjadi air jernih.

Baik itu kontaminan biologi maupun kontaminan jenis lainnya.

Oleh karena itu, air baku ini harus ditambahkan senyawa kimia untuk mematikan kontaminan tersebut.

Tujuannya tentu saja untuk mereduksi konsentrasi bakteri secara umum dan menghilangkan bakteri patogen (bakteri penyebab penyakit).

Pada umumnya, proses ini dilakukan dengan cara memberikan desinfektan seperti  gas klor pada air hasil penyaringan.

Bisa juga dengan menggunakan ozonisasi, UV, pemanasan dan lainnya, sebelum akhirnya air baku masuk ke konstruksi terakhir yaitu reservoir, dan menjadi air jernih yang berkualitas.

Reservoir sendiri berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air bersih, sebelum didistribusikan ke masyarakat untuk dikonsumsi.

Nah, apabila Anda ingin mendapatkan air yang berkualitas baik,

Anda bisa langsung menghubungi Toya Arta Sejahtera.

Pasalnya, pihak Toya Arta Sejahtera dapat membantu Anda secara profesional dalam menyediakan air jernih yang bersih, dengan kualitas bagus.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top